Kamis, April 15, 2010

Hari yang Kelam

Hari ini, Kamis 15 April 2010
Aku merasa ini hari yang sangat buruk. Kenapa?
Hari ini aku maju drama... jam ke 3-4. Anehnya, dramanya itu berbeda dengan waktu latihan. Dramaku yang semula terlihat lancar- lancar saja, tiba- tiba menjadi sangat ancuuur. Parahnya, muter dubbingannya salah- salah, sedangkan pemainnya (termasuk aku) nggak bisa berimprovisasi dengan keadaan yang udah parah.

Si Tya (nama samaran), sempet mutung nggak mau maju gara- gara dramanya sempet mau jadi ancur. Si Anto, yang jadi setan, malah ngelawak waktu mau muncul serem. Si Dika, ngebuang penghapusnya di tong sampah yang deket sama penonton (temen- temen sekelas), akhirnya ya... sama penontonnya dibuat mainan, padahal PENTING BANGET penghapusnya. Si MK, marah- marah di belakang stage, tapiiii actingnya bagus, dialah yang nyelametin kelompokku. Si Lia, tiba- tiba nyerobot sampur (selendang) waktu nari diiringi lagu Kuch Kuch Hota Hai (bener ga siy?). Si Metta, waktu Anto mati, kurang greget, tapi apik aktingnya, temen- temen juga pada bilang apik gitu, (SETUJU !!). Dan yang terakhir adalah aku sendiri. Aku yang nggak punya bakat sama sekali dalam berakting, merasa bersalah banget. Kenapa aku nggak bisa bantuin nyelametin drama ini? Huuuhhh... cara nyelametinnya aja aku nggak tau... Yang jelas aku ngerasa aktingku jelek banget. Nggak bakat jadi artis kali ya? haha. But, aku udah bersyukur banget drama ini udah selesai, berarti udah nggak ada beban lagi gitu.

Makasih ya buat temen- temen aku yang udah terlibat dalam drama ini, maaf kalo ada salah, marah, atau apalah yang menyinggung perasaan kalian... (wkwkwkwk sok alus ah).
Ow ya, setelah drama usai, aku nggak ikut lagi dalam pelajaran sehari itu, dikarenakan, aku dan temen- temen dramaku "yang cewek" udah mutung nggak mau ngapa- ngapain gitu. Trus, kita ke mushola, cerita- cerita gitu, endingnya nonton film deh pake lepi temen.

Yang paling parah, kita- kita ini malah bolos waktu pelajaran PKN !! Dimana gurunya dalah walikelas kami, sebenarnya waktu PKN nggak ada pelajaran sih, cuma jam nya aja buat latihan upacara buat besok Senin. DIABSEN !! Parah banget kan? Kata temen- temen, gurunya sempet ngomel- ngomel gitu. Wah parah... Tinggal nunggu tanggal dipanggil aja. Hmmmm

Rabu, April 14, 2010

Latihan Drama Ndadak


Hari ini aku lagi latian drama sama temen2 1 kelompok...
Tau ga siiii? Padahal besok tu maju tp aku belom ngapalin sama sekali... Dubbingannya juga belom jadi... Hahaha . Niy dia contoh naskah dramaku..

NASKAH DRAMA

Teeeeeeeeeeet…….teeeeeeeeeeeeet……...teeeeeeeeeeeeeet!

Bel masuk kelas berbunyi. Murid-murid International High School berhamburan masuk kelas. Terlebih bagi anak-anak 2 SOS1 yang jam pertama adalah pelajaran AKUNTANSI, dimana itu berarti mereka harus siap berhadapan dengan Bu Titi yang notabene dicap sebagai guru terkiller disini. Bu Titi selalu ontime, matanya bak mata elang yang konon tak akan membiarkan mangsanya pergi hidup-hidup.
( Bu Titi masuk kelas, dengan menenteng beberapa buku super tebal, dan kaca mata yang nggak kalah tebalnya. Suasana kelas bising )

B.T : “ Anak-anak, cepat duduk! Nggak usah pakai rame! Ini SMA atau pasar? “
( Suara tinggi alias galak, berkacak pinggang, melotot )

( Keadaan langsung hening )

B.T : “ Baiklah. Dika!! Cepat siapkan! “
Dika : “ Di tempat duduk, siap grak. Berdoa, mulai! “
“seless…..”
Tya : ( Lari tergopoh-gopoh. Mengetuk pintu tanpa perasaan )

“ TOK TOK TOK TOK TOK! “

Semua mata tertuju padanya…
Tya adalah murid yang sering telat. Saking seringnya sampai tak terhitung batas ruang dan waktu berapa kali dia telat. Padahal jarak rumahnya dengan sekolah amat sangat tidak jauh alias dekat.
Bu Titi menatapnya dengan sangar.

BT : “Kamu! ( mengacungkan telunjuk ke Tya ) Kesini!!!“
Tya : ( dengan wajah menunduk malu, berjalan pelan )
“M-maaf Bu! S-s-sa-saya telat...“
BT : ”Kenapa kamu telat?”
Tya : “Ngg…tadi ada kampanye bu, Pak Rumidi lagi nyaleg. Jadi jalanan macet. Hehe“
BT : ”Dasar kamu banyak alasan!!”

Selain sering telat Tya ini memang memiliki 1001 banyak alasan untuk keterlambatannya. Yang katanya ban motornya bocorlah, kakaknya diarelah, air ledengnya matilah, membantu tetangga menjemur bajulah, bahkan pak RTnya sedang hajatan juga dibuat alasan. Sempat suatu ketika Tya kehabisan akal dan ingin pura – pura mati, beginilah kalau insting liarnya dibawa – bawa.

Lia : “Udah Bu! Hukum aja!“
Murid : ”Nyanyi! Nyanyi! Nyanyi!” ( sambil tepuk tangan, diikuti yang lain )
Tya : ( muka polos, diam tanpa suara )
BT : “Kamu dengar apa perintah dari teman-teman kamu?“
Tya : “Tapi Bu-“
BT : “Kamu pilih menyanyi atau tidak mengikuti pelajaran saya tujuh kali pertemuan?”
Tya : ( Cemberut. Melangkah gontai dengan posisi menghadap teman-teman )
( Suara dubbingan lagu OST. Titanic, merdu, tapi ending’e kaset mbulet )

( Seluruh siswa tertawa )
Bu Titi yang semula cemberutpun sampai tersenyum dibuatnya.
BT : ( menghela nafas ) “Ya sudah. Sana duduk!“
JTya : ”Makasih bu.
BT : ( membuka Buku Akuntansi ) “Baik anak-anak, langsung saja, buka PR kalian. Saya akan menunjuk diantara kalian untuk mengerjakannya di papan tulis. Tapi sebelumnya, Dika, tolong hapus papan tulis.“
Dika : ( maju ke depan kelas, menggerutu) “Sial! Kenapa selalu aku yang jadi korban?“

Dika menghapus dengan susah payah, berhubung penghapus itu sudah lapuk, berlumut, dan sesekali pakunya menggores-gores permukaan papan tulis. Penghapus tua itu memang agak mistis pasalnya tiap kali dibuang pasti balik lagi. Kadang- kadang juga sering mengeluarkan bercak merah seperti darah. (dubbingan yang tak enak didengar).

BT : “Ada apa Ka, kenapa lama sekali?“
Dika : “Ini Buk, susah!“
BT : “ Ya sudah, duduk sana! Tya, maju dan kerjakan soal nomor satu! “

(Tya yang tengah asik ngobrol dengan Lia, terperanjat mendengar namanya dipanggil)

Tya : “A-a-ak-ku?“
Lia : “Ya iyalah, masak Mang Kurdi?“
Tya : ( Tampang panik )
Murni : “Tya? Kamu udah ngerjain PR-nya to?“
Tya : ”Waduuh, buku aja nggak punya..” ( Celingak celinguk, menyerobot PR milik Dyaksa ) “Aku pinjem punya kamu deh Sa!“
Dyksa : ( Tetap diam, datar. Seperti biasa mukanya pucat )
Lia : “Edyan! Dasar nekat tu anak!!“
Murni : “Alaah udah biarin aja! Lagian si ’Aneh’ nggak bakal berani macem-macem.“

Ya, mereka menyebutnya si ‘Aneh‘ atau si ’Patung’. Dyaksa memang aneh, dia jarang masuk sekolah. Saking jarangnya sampai pada lupa kalau dia masih sekolah disitu. Dan kalaupun masuk, dia jarang atau bahkan tidak sama sekali bercakap-cakap dengan teman-teman. Pernah suatu ketika teman sekelasnya berinisiatif membelikan ”betadine obat kumur”, karena mereka mengira penyebabnya karena dia mengidap sariawan/ bau mulut yang akut. Tapi tetap saja seolah dia ingin mengasingkan diri. Tapi anehnya, dia selalu mendapat juara pertama di kelasnya, sehingga mungkin itu sebabnya guru-guru tidak men-DO dia dari sekolah ini.

***

Dika : “Wah, nggak asik Mur, masa selalu aku sich yang disuruh ngehapus papan tulis? Tau sendiri kan tu penghapus kaya gitu!“ ( sambil menuju kantin )
Murni : “Mang Kurdi, soto dua!!“
MK : “Beres Neng!“
Murni : “Lha! Kamu khan ketua kelas? Ya wajar to nek kamu seng disuruh?“
Dika : “Ya, tapi aneh deh! Kenapa sekolah nggak beliin penghapus yang baru aja? Udah tau tu penghapus bau, lumutan, buluk! Hoek!“
Murni : “Nggak papa, itung-itung ibadah!“

( Dika dan Tya tiba- tiba udah ada di belakang kursi )

Lia : “Mang bakso!!!!! Eee, Mang, aku ngutang ya?“
Tya : ”Aku juga, aku soto aja deh”
MK : “Yaelah Non! Utangnya udah pada numpuk lho!“ ( mengeluarkan kertas panjang berisi utang- utang Lia dan Tya )
“Nih! Kalo dijumlahin sama sekarang, totalnya seratus dua puluh tiga ribu! Waduh, bangkrut nek ngene aku carane!“ (menepuk jidat) “Jualan disini bukannya untung malah buntung!”
Tya : “Halah santai Boss! Pasti dibayar kok.“
Lia : ”Iya. Gak usah pelit– pelit jadi orang!!”
Tya : ”Iya. Janji deh janji, pasti dibayar!”
MK : ”Halah... Dari dulu hanya janji.”

( dubing lagu Agnes, Janji… )

***

Teeeeeeeeeeeeeeet ....... teeeeeeeeeeeeeeeeeeeeet!

Pulang sekolah, di kelas 2 SOS1 hanya ada Dika dan Murni.
Murni : “Eeeeh! Meh dikemanain penghapusnya?“
Dika : “DI-BU-ANG!“
Murni : “Ya elah Nduk, penghapus aja diurusin! Nyantai wae to!“
Dika : ”Biarin biar sekolah beli yang baru ! ga modal!”

***

Keesokan harinya, seperti biasa Lia, Murni, Dika, dan juga Tya, yang kali ini tidak datang terlambat, (mungkin ini sebuah mukjizat untuknya yang tidak terkira) tengah berkumpul bersama di dalam kelas. Mereka asik dalam obrolan.

Lia : “Eh, ternyata penghapus tuanya itu emang ngeselin ya, masak tadi waktu aku ke depan kelas debunya ngotorin rokku?“
Dika : “Tadi??” (heran) ”Perasaan udah aku buang ke tong sampah kemarin?“
Tya : “Ngacok! Tu liat! Orang masih ada di atas meja gitu!“
Murni : “Hah? Kok bisa?“ ( bergumam ) “Perasaan kemarin udah Dika buang?!“
Dika : “Eh, nanti pulsek pada ikut aku ya?“
Tya : “Kemana?“
Lia : “Ke kantin?“
Dika : “Ya enggak lah!” ( sambil buang penghapus lagi ke tong sampah )
Murni : “Emang mau ngapain sih?”
Dika : “Cuma mau nyelidikin aja, kok penghapusnya bisa balik lagi ya?“
Tya : “Uda lah, biarin aja!“
Lia : “Ho’o...“
Murni : “Tapi kok penghapusnya penuh misteri ya? Aku juga penasaran.“
Lia : “Positive thinking aja non!!“
Tya : “Eh, tapi kalo dipikir- pikir seru juga tuh! Main detektif-detektifan!“
D,T,L,M : ( saling pandang ) “Deal!“

***

Sore itu, Lia, Tya, Murni, dan Dika tengah berkumpul di balik pohon rindang sekolah. Langit sudah mulai gelap, sehingga mereka sudah mengantisipasi dengan membawa senter masing-masing. Bak seperti detektif, mereka memata- matai sekitar. Semua tak ada yang terlewat dari pandangan mata. Baik yang kasat, maupun tidak kasat mata, dan tiba- tiba datang Mang Kurdi ke depan kelas 2 SOS 1.

Lia : “Eh.. eh … Siapa itu yang di depan kelas??”
Murni : “Itu Mang Kurdi…”

( Dengan sapu yang selalu setia dibawanya kemana-mana, Mang Kurdi keluar kelas, menuju ke arah tong sampah, mengorek- orek sampah )

Tya : “Ngapain sich tu Mang Kurdi? Jangan- jangan mau makan sampah lagi! Ckckck...“
Murni : “ Hush! Yang bener aja!“
Dika : ”Tapi ngapain malem- malem gini di depan kelas kita?”
Lia : ”Pake acara ngosek- osek sampah segala.”
Tya : ”Mungkin berasnya abis... Lagian beraskan sekarang naik.”
Lia : ”Apa hubungannya?”
T ya : ”Ya kali aja bisa nemu sisa nasi di sampah. Kan lumayan buat nasi aking.”
Murni : ”Huuuush..! Kamu ngaco lagi...”

( Mang Kurdi masuk kelas, dan keluar lagi. Berjalan ke arah kantor guru )
Ya, penyelidikan kali itu belum terbukti apa – apa.

***

Esoknya, untuk kesekian kalinya Dika dibuat jengkel dengan kembalinya penghapus reot bau itu.

Dika : “HUUUH! ( menghentak-hentakkan kaki ) Ampun dech!“
Tya : “Lho? kok beli penghapus buluk lagi?“ ( berjalan memasuki kelas bersama Murni dan Dika )
Murni : “Kok penghapusnya balik lagi?“
Dika : “Tu kan! Aku bilang juga apa! Ada yang harus aku selidiki!” ( memasukkan penghapus itu ke dalam tas )
Tya : “Hah? Main detektif-detektifan lagi? Ogah!“
Lia : “Iya. Udah dech lupain aja kali Dik! “
Dika : “Nggak usah khawatir! Kali ini aku sendiri yang turun tangan!“

***

Malam itu sekolah mereka mengadakan acara selamatan. Karna, anak kepala sekolah International High School lolos dalam pemilihan audisi MAMAMIA. Dan karna acaranya sampai malam, siswa diharapkan menginap di sekolah. ( Dubbingan lagu MAMAMIA)

Tya : “Ayo Mur, temenin pipis!“ (suara memelas)
Murni : “Zzzzzz“
Tya : “Ayo donk Mur!“ ( mengguncang- guncangkan tubuh Murni yang sedang tidur)
Murni : “NGGAK MAUUUU!“ ( membentak, kembali tidur )
Lia : “Minta anterin Dika aja!“ ( Sahut Lia, yang tidur di ranjang atas alias ngigau)
Tya : “Eh, Lia! masih hidup ya? Anterin donk, pleaseeee! Dika nggak ada sih ilang ditelan bumi!“
Lia : ( menoleh ke bawah ) “Lho? Dika kemana ya? Nggak biasanya dia berani keluar malem sendirian!“
Tya : “Tau tu, lagi cari wangsit kali. Ayo temenin!“
Lia : ”Iya– iya. Tapi jangan lama– lama!”

***

Tya dan Lia keluar dari kamar. Tanpa diduga, terlihat sosok Dyaksa berjalan membelakangi mereka seperti robot. Tangan kanannya memegang penghapus tua itu.

Lia : “Wah si ’Aneh’ mau kemana?“
( tak ada sahutan )
Tya : “Sombong apa budeg?“
( tak ada sahutan )
Lia : “Wah, parah tuh! Mau kemana sih dia? Jadi anak kok aneh banget!“
Tya : “Mending kita ikutin aja diem- diem! Setuju?“
Lia : ”Sip!“

***

Dyaksa terlihat berjalan kaku menelusuri koridor yang sudah sepi dan juga gelap. Tya dan Lia tetap setia mengktutinya dari kejauhan dengan terheran-heran. Sebenarnya apa yang ingin Dyaksa kerjakan?

( Tya dan Lia bersembunyi di balik pohon )

Tya : “Eh, liat tu! Itu Mang Kurdi bukan?“
Lia : “Eh Iya, bener-bener!“ ( menyipitkan mata )
Tya : “Wah! Ya Allah, bener-bener nggak waras tu Mang Kurdi! Hobi banget sih dia makan sampah!“
Lia : “Ah, kamu tu! Ada-ada aja! Eh, liat tu! Si ’Aneh’ ngapain nyamperin Mang Kurdi?“

( Dyaksa berjalan ke arah Mang Kurdi. Mang Kurdi tersenyum melihatnya, kemudian membimbingnya ke kelas 2 SOS1 yang terbuka )

Tya : “Ya Tuhan! Parah, parah banget gila!“
Lia : “Heh? Maksudmu?“
Tya : “Aduuh!“ ( menepuk jidat ) Coba deh pikir! Si ‘Aneh’ janjian ama Mang Kurdi malem- malem pas jam 12 malem gini. Trus Mang Kurdi ngajak dia masuk ke kelas. Mau ngapain lagi coba kalau bukan...“
Lia : ( membungkam mulut Tya ) “Ah! Kamu tu perasaan dari tadi negative thingking mulu dech! Masa selera Dyaksa yang sejenis Mang Kurdi gitu!“
Tya : “Eh, mereka kok balik. Lho- lho?“

(Dyaksa pergi meninggalkan mang Kurdi, tanpa membawa penghapus reot itu lagi )

***

Keesokan harinya, Dika kebingungan setelah mengecek tasnya.

Dika : “Lho? Penghapus yang aku simpen ditas kok ilang?“
Murni : “Masak to? Ah... Coba cari lagi barang kali ketlingsut! Nggak mungkin to ada yang mau ngambil penghapus dah buluk kaya gitu!“

( Tampak Tya dan Lia berjalan memasuki kelas )

Tya : “Haaiii!“
Dika : “Tau penghapus buluk nggak?“
Tya : “Lho? Ya ga tau? Dika-dika yang begituan masih dipeliara... ckckck“
Lia : ( mengambil penghapus yang tergeletak di tempatnya)
“Eh,dik kok ada di sini ya?“ ( menyerahkan penghapus )
Dika : “Heh? Kok bisa? Kapan aku ngebalikinnya?“
Tya : “Aduh, udahlah yang begituan diributin kaya ga ada topik lain aja. “
Murni : “Tapi ini penghapus misterius, Tya. Coba aja, tiap kali dibuang besoknya balik lagi. Aneh!!”
Lia : “Eh ngomong- ngomong soal aneh, kemarin malem si ’Aneh’ sama Mang Kurdi ngobrol akrab banget di kelas kita.“
Tya : “Emang gaib banget Mang Kurdi. Udah hobinya makan sampah dia juga satu- satunya orang yang bisa ngobrol mesra sama si ’Aneh’.“
Murni : “Lho? Bukannya dia ga ikut acara selamatan semalam ya? Kok bisa ada sih?“
Dika : “Iya, dia kan ga pernah ikut acara- acara sekolah. Ngapain malem- malem ke sekolah?“
Tya : “Waaaaa.. ya itu kencan ama Mang Kurdi!!!“
Lia : ”Hussh... ngaco!”
Murni : ”Jangan- jangan dia ada sangkut pautnya sama misteri penghapus tua ini. Gimana kalo besok kita selidikin?”
D,T,L : ”SETUJUUUU!!!”

***

Seusai Maghrib, Lia, Tya, Dika, dan Murni kembali mengadakan penyelidikan. Beberapa saat kemudian, terlihat Mang Kurdi memasuki kelas, dan keluar, kemudian mengorek-orek tong sampah.

Tya : “Mang Kurdi emang bener-bener bukan manusia biasa!“ ( geleng-geleng kepala) ”Eh, gimana kalo besok kita ngadain koin untuk Mang Kurdi?”
Lia : “Ngapain? Ada- ada aja kamu?“
Tya : “Ya buat Mang Kurdi. Kalo dibiarin tiap hari makan sampah bisa kena busung lapar, kan kasian?“
Lia : “Dasar stress. Kamu pikir Mang Kurdi kaum duafa apa?“
Murni : “Tapi bener juga...“
Tya : ”Tuh kan, Murni aja sependapat.”
Murni : ”Bukan itu. Tapi bener juga.. ngapain Mang Kurdi tiap hari ngosek sampah?”
Dika : ”Iya, dan tiap kali aku buang penghapusnya di sampah selalu balik lagi.”
Lia : ”Jangan- jangan yang balikin Mang Kurdi..?! Jadi yang dibalik semua ini emang Mang Kurdi...”
Tya : ”Yaelah, endingnya cuma gini nih? Mana mistisnya, gak seru ah.”
Murni : ”Tapi kita kan belum tau alesannya kenapa Mang Kurdi mungutin penghapus itu.”
Lia : ”Bener juga. Kita samperin aja yuk!”
Dika : “Ayo. Kita tanyain semuanya!“
Tya : ”Ayok!”

(Berlari menghampiri Mang Kurdi)

Dika : “Nyari apa Mang?“
MK : ( menoleh. Ekspresinya sedikit bingung )
“Eh, enggak kok Non…“
Tya : “Iya, dari kemaren ngosek sampah mulu. Nyari apa sih Mang? Nasi aking ya?“
MK : “Eh, kok eneng tau dari kemarin saya ngosek sampah?“
Lia : “Udah. Tu... kan ngaku aja nyari apa si Mang?“
Murni : “Penghapus ya?”
MK : (gugup) ”ngg….ng…”
Tya : “Nah lo… Iya kan… Udah ngaku aja!”
Dika : ”Tapi sayang Mang, penghapusnya ga ada di sampah (ngeluarin penghapus dari tas)
MK : ”Lho? Kok dibawa non? Sini non” (mencoba ambil penghapus,tapi ga bisa)
Lia : ”Eeiits, ceritain dulu. Kenapa Mang kurdi sayang banget ma penghapus ini?”
MK : “Aduh Neng sini biar Mang Kurdi kembaliin!“ ( hendak mengambilnya kembali, setengah memaksa )
Tya : “Nggak! Sebelum Mang Kurdi mau nyritain semuanya! Asal mula penghapus tua ini!“
MK : ( merenung sejenak, berpikir, menghela nafas )
“Baiklah.. Mang Kurdi akan cerita. Jadi begini…”

Flashback…

Lima belas tahun yang lalu, ada seorang murid brandal tampan dan kece bernama Anto. Dia murid terkaya dikelasnya, kakeknya memiliki usaha penangkaran ikan cupang, yang tersohor di dalam negeri maupun luar negeri, dan Anto adalah pewaris tunggal. Dia sangat mencintai seorang temannya yang bernama Metta, yang konon adalah gadis tercantik di sekolah. Anto tak henti- hentinya mengejar Metta, mencari perhatiannya, hingga pada suatu hari...

Anto : “ Met, aku- aku mencintaimu. Will you be my girl?“
(dubing lagu Pilihlah Aku, Krisdayanti)
Metta : ( Berpikir sejenak ) “Yang bener?”
Anto : “Aku mau kamu jawab sekarang, Please…“
Metta : “An, sebenernya… eee- -bukannya aku- bukannya aku tidak mempunyai perasaan yang sama seperti kamu.“
Anto : “Lantas?“
Metta : “Aku sudah bertunangan An!“
Anto : ( Shock, nggak percaya ) “Apa???“
Metta : “Iya An, aku sudah bertunangan dengan Pak Mangkubumi, guru Matematika kita!“
Anto : “What??“ ( tambah shock ) “ Guru kita yang culun, botak, tua, item, nggak jelas itu?“
Metta : “An, aku nggak suka kamu menghina dia seperti itu! Bagaimanapun juga, dia calon suamiku nanti! Asal kamu tau, kami telah ditunangkan sejak kecil!“
Anto : “Honey! Come on! Apa bagusnya dia dibanding aku? Aku cakep, tinggi, cute, keren, tajir, dan bukan penjahat wanita. Kurang apalagi coba?“
Metta : “Kurang ajar!“
Anto : “Kurang ajar? Kamu mengataiku kurang ajar?! Oke! Mulai sekarang aku bakal bersikap kurang ajar!“
Metta : ”Bukan urusanku!”
(Metta pergi ninggalin Anto. Dubing lagu Rapuh, Agnes)

***

Pagi itu pelajaran Matematika. Tidak seperti biasanya, Anto tidak duduk sebangku dengan pujaan hatinya, Metta. Dia lebih memilih duduk sendiri.

( Sisanya sebagai figuran )

PM : “Baik anak-anak, kali ini kita akan membahas tentang statistika. Jadi statistika itu adalah-“
Anto : “S-T-A-T-I-S-T-I-K-A“
PM : “Anto! Lancang kamu!“
Anto : “Kalau gue lancang, trus elo apa?!“ (mendobrak meja)
PM : ( meraih penghapus, dengan keras melemparkan penghapus itu tepat mengenai kepala Anto yang tak sempat menghindar )(dubing suara BOM)
Anto : ( Terbanting ke lantai, dengan wajah berlumuran darah )

( Murid-murid histeris melihat keadaan Anto, terutama Metta )

Metta : “Anto! Bangun An, please! An, please sadar An!“ ( panik, terisak, mengguncang- guncangkan tubuh Anto )
PM : “Anto, oh- tidak, saya tidak bermaksud-“ ( Ucapnya panik, meraih Handphone dubing suara mencet tombol HP)
“Halo..haloo… haloo.. bengkel makmur jaya? Eh maksud saya rumah sakit bersalin? Eh rumah sakit tidar?”

Tapi terlambat. Anto telah menghembuskan nafas terakhirnya. Tak lama kemudian Pak Mangkubumi dipecat dari jabatannya, dan beralih menjadi narapidana selama 10 tahun.

***

MK : “ Begitulah Neng ceritanya “ ( berwajah duka )
Lia : ”Haduh.. apa hubungannya sama Mang Kurdi?”
Tya : ”Iya nih, ditanya ngapa sayang banget ma penghapus malah curhat!”
Murni : “Mengharukan banget ceritanya. Tapi gimana Mang Kurdi bisa tau secara detail?“
Dika : “Iya,kenapa Mang Kurdi bela- belain ngorek- ngorek sampah buat ngembaliin tu penghapus buluk?“
MK : “Mungkin masih ada sedikit yang belum Mang Kurdi kasih tau...“
Tya : “Apa itu Mang?“
MK : Guru yang bernama Pak Mangkubumi itu, kini tengah berada di depan mata kalian.”

( semuanya terkejut )

Lia : “ Waaa... ga nyangka Mang Kurdi mantan guru matematika.”
Tya : ”Pantesan aja pinter banget ngitungin utang kita.”
D ika : ”Tunggu– tunggu berarti Bapak yang…”
MK : “Ya, nama saya sebetulnya adalah Mangkubumi. Tapi untuk menutupi jejak nama saya yang sudah tak asing lagi dahulu bagi siswa, maka saya lebih senang untuk dipanggil Mang Kurdi saja.“
Murni : “Trus, kenapa Mang Kurdi, kenapa beralih jadi tukang kebun sama tukang kantin?“
MK : “Ya, itu salah satu yang harus saya kasih tau ke eneng semua.”
( menghela nafas )
”Sejujurnya, saya melakukan ini semua untuk menebus seluruh kesalahan saya kepada Anto. Meskipun itu bukan faktor kesengajaan, dan tak lain karena emosi sesaat, tapi saya mempunyai tujuan tersendiri untuk tetap berada di lingkungan sekolah ini, meski bukan menjadi seorang guru.”
Lia : ”Tapi Anto kan udah mati pak.”
Murni : ”Iya,maksud bapak menebus kesalahan itu apa?”
MK :“ Setelah kematian Anto, dia selalu datang dalam mimpi saya. Saya diminta Anto untuk menjaga penghapus itu bersamanya sebagai kenangan terakhirnya. Jadi saya harus mengembalikan ke tempat asal penghapus itu.“
Tya : “ Aaa…. Mang kurdi ga usah nakut– nakutin ah. Orang mati kok bisa masuk mimpi segala.“
Dika : ”Emang harus dilakuin ya Mang?”
Lia : ”Iya paling itu cuma perasaan bersalah Mang Kurdi aja.”
MK : ”Enggak non, itu memang permintaan terakhir Anto. Dan saya harus melakukan itu.”
Lia : ”Kober amat sih. Emang Anto bisa tau. Diakan udah mati.”
MK : ”Tapi dia selalu menagih janjinya setiap jam 12 malam.”
Tya : ”Aaaaah Mang Kurdi lagi ngelawak ya?”
MK : ”Saya dari tadi serius non.”
T,L,M,D : (mulai merinding)
Tya : ”Pulang yuk.”
Lia : ”Iya ni, lama- lama ga lucu ah.”
MK : ( menghela nafas lagi )
“ Mungkin kalian juga harus tau hal ini...“
Murni : “Hal apa Mang?“
MK : “Teman sekelas kalian yang pendiam itu.. “
Tya : “Maksud Mang Kurdi, Dyaksa si ’Aneh’? Kenapa? Mang Kurdi naksir ya? Hehe...“
Dika : ”Tya.. sempet- sempetnya bercanda. Kenapa Mang sama Dyaksa?”
MK : “Iya Dyaksa Hijriyanto... Dia adalah Anto. Dan sekarang hampir jam 12, pasti dia akan menagih janjinya. Makanya mana penghapusnya non?“
T,L,M,D : ( saling tatap. Bulu kuduk mereka berdiri dubing lagu horor )

( Dari kejauhan nampak Dyaksa Hijrianto berjalan menelusuri koridor, dan menoleh dingin menatap mereka, Dyaksa semakin dekat dan tersenyum pucat )

T,L,D,M : ( Dengan serempak )
“ AAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA“
(lanjutan dubing “Antara Ada dan Tiada”, UTOPIA)

TAMAT

Niy sebenernya dapet ide dari cerpen orang lain... ambil di internet gt, tapi maaf ya Gan,, lupa namanya sapa ^^
OKKKKKK